10 Kesalahan Keuangan yang Paling Sering Terjadi
Tuesday, November 04, 2025       16:25 WIB

Topik perencanaan keuangan kali ini membahas tentang 10 kesalahan keuangan yang paling sering terjadi, yaitu: (1) Mengabaikan perencanaan keuangan pribadi, (2) Gemar gonta-ganti mobil baru, (3) Membeli rumah pertama yang terlalu besar, (4) Tidak menabung, (5) Tidak menyimpan dana pensiun, (6) Menggunakan tabungan dana pensiun untuk melunasi utang, (7) Membuang uang hanya untuk penampilan, (8) Menggunakan kartu kredit untuk hidup sehari-hari, (9) Membayar biaya-biaya berlangganan sekaligus untuk jangka panjang, dan (10) Kasalahan dari penggunaan ekuitas atas rumah tinggal ( re-financing  KPR).
Kita akan mengupasnya satu per satu di sini.
1. Mengabaikan Perencanaan Keuangan Pribadi
Kesalahan keuangan yang paling sering dilakukan, pertama-tama adalah mengabaikan perencanaan keuangan pribadi ( personal financial planning ). Hal ini sangat merugikan diri Anda sendiri, karena sesungguhnya Anda perlu tahu ke arah mana Anda sedang bergerak. Tanpa perencanaan keuangan pribadi yang matang, Anda seperti berada atas kapal yang bergerak tanpa nakhoda. Sesungguhnya, masa depan keuangan Anda bergantung pada apa yang Anda lakukan hari ini.
Untuk memiliki masa depan keuangan yang baik dan stabil, Anda membutuhkan perencanaan keuangan yang matang. Adanya perencanaan keuangan yang matang membuat Anda dapat mengalokasikan setiap rupiah uang yang Anda miliki dengan bijaksana dan melewati setiap ketidak-pastian ekonomi di masa depan.
Rencana Keuangan ( Financial Plan ) yang Anda miliki akan menjadi peta penunjuk jalan ( road map ) sehingga Anda dapat membuat keputusan keuangan yang tepat (termasuk di antaranya penganggaran, menabung, berinvestasi, menyiapkan Dana Pensiun, dll) berdasarkan semua informasi yang tersedia.
2. Gemar Gonta-Ganti Mobil Baru
Bagi sebagian orang, mobil hanyalah sarana untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus kehujanan atau berdesak-desakan dengan orang lain. Tetapi, bagi sebagian besar orang lain, mobil merupakan sarana untuk menunjukkan keberhasilan dan kesuksesan.
Mempunyai mobil tidak cukup hanya merek yang sudah dimiliki oleh orang kebanyakan, tidak cukup mobil dengan kapasitas silinder mesin yang kecil, bahkan tidak cukup hanya memiliki satu atau dua buah mobil saja. Hal yang paling buruk dari masalah membeli mobil ini adalah keinginan untuk mengganti mobil setiap satu atau tahun, karena ingin selalu terlihat mengendarai mobil baru.
Kita tahu bahwa sebagian besar mobil baru dibeli secara kredit. Perkiraan saya pribadi, 70% sd 80% mobil baru dibeli secara kredit. Sebagian kecil konsumen memang sanggup membeli mobil secara tunai. Tetapi, sebagian besar konsumen membeli secara kredit dengan bantuan perusahaan pembiayaan.
Perlu diingat di sini, bahwa sekali pun Anda sanggup membayar angsuran kredit mobil itu, tidak otomatis berarti Anda sanggup memiliki mobil yang Anda beli itu.
Lebih jauh, membeli mobil secara kredit berarti Anda harus membayar bunga untuk memiliki suatu aset yang nilainya akan susut ( depreciating ) setiap tahun, yang berarti bahwa selisih antara harga tunai mobil itu dengan harga kreditnya menjadi semakin besar, setelah memperhitungkan penyusutan harga mobil tersebut.
Kita semua tahu, harga mobil baru akan langsung susut 20% sd 30% segera setelah mobil baru itu meninggalkan ruang pamer penjual mobil ( dealer show room ).
3. Membeli Rumah Pertama yang Terlalu Besar
Berbicara masalah rumah yang dipakai untuk tinggal, rumah yang terlalu besar (terutama untuk rumah pertama), seringkali bukan merupakan pilihan yang bijaksana. Ini adalah kesalahan yang dulu saya buat, salah satunya karena mengikuti saran dari keluarga dekat saya (yang saya tidak berani bantah).
Rumah pertama yang terlalu besar, sesungguhnya tidak saya butuhkan saat itu karena saya belum berkeluarga dan rumah itu dibeli dengan kredit (KPR). Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1998 dan bunga KPR naik gila-gilaan, kredit yang seharusnya cukup aman menjadi tidak terjangkau.
Pada kondisi ekonomi yang tidak terlalu stabil seperti saat ini, Anda harus memikirkan beberapa hal jika ingin membeli rumah pertama yang terlalu besar (di luar kebutuhan Anda yang belum berkeluarga atau sudah berkeluarga tetapi belum memiliki anak).
Pertama, kemungkinan besar rumah pertama itu Anda beli secara KPR, dan ada kemungkinan bahwa pada kondisi ekonomi yang memburuk Anda bisa sewaktu-waktu terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Kedua, Anda harus memikirkan biaya pajak (Pajak Bumi & Bangunan), biaya keamanan dan biaya kebersihan, serta biaya-biaya utilitas (Air, Listrik, sambungan internet, dan lain-lain) yang lebih mahal.
4. Tidak Menabung
Kesalahan keuangan terbesar berikutnya adalah tidak memiliki tabungan yang cukup. Secara keseluruhan, orang-orang Asia biasanya memiliki kebiasaan menabung yang lebih baik dibandingkan dengan warga negara Barat. Tetapi, tidak semua warga negara Indonesia memiliki tabungan yang cukup, dan masih banyak yang hidup dari gaji bulan ini ke gaji bulan berikutnya, tanpa ada uang yang tersisa untuk ditabung.
Sebagai Perencana Keuangan, kami menganjurkan Anda untuk memiliki tabungan berupa Dana Cadangan ( Reserve Fund ) sebesar minimal 6X pengeluaran rutin setiap bulan. Jumlah ini harus Anda tambah sebesar 3X jika Anda memiliki tanggungan anak bayi (atau orang tua lanjut usia).
Tetapi, jika Anda merasa bahwa Resiko terbesar Anda pada saat ini, yang harus ditutupi dari Dana Cadangan ( Reserve Fund or emergency Fund ), adalah resiko kehilangan pekerjaan (PHK), maka jumlah Dana Cadangan harus dinaikkan dari 6X menjadi 12X pengeluaran rutin sebulan.
Ketika menghitung kebutuhan Dana Cadangan ( Reserve Fund ) ini, Anda tidak boleh lupa untuk mengikut-sertakan setiap kebutuhan dana untuk angsuran KPR dan KKB, dan uang sekolah atau biaya kuliah anak-anak Anda, di samping biaya hidup sehari-hari.
5. Tidak Menyimpan Dana Pensiun
Jika Anda tidak menyimpan uang untuk masa pensiun, maka Anda seumur hidup harus tetap bekerja (tidak dapat berhenti bekerja). Menyimpan uang untuk masa pensiun tidak harus berbentuk tunai atau deposito, tetapi dapat pula berupa benbentuk investasi jangka panjang yang hasilnya baru diambil pada waktu pensiun.
Tabungan Dana Pensiun sering diabaikan pada waktu kita masih berusia muda, karena masa pensiun dianggap masih sangat jauh dan belum saatnya dipikirkan. Masih banyak hal lain yang dianggap lebih mendesak dibandingkan memikirkan masa pensiun itu benar.
Tetapi, masa pensiun harus dipersiapkan sejak kita pertama kali memiliki penghasilan tetap. Setiap rupiah yang kita tabung dalam dana pensiun akan sangat bermanfaat untuk masa pensiun yang nyaman. Semakin awal kita menyimpan uang (berinvestasi) untuk masa pensiun, semakin banyak waktu yang kita sediakan bagi dana pensiun (investasi) kita untuk berkembang.
6. Menggunakan Tabungan Dana Pensiun untuk Melunasi Utang
Anda mungkin berpikir bahwa jika Anda masih memiliki utang (katakanlah utang KKB) yang berbunga 20%, sementara investasi Dana Pensiun Anda (katakanlah di dalam reksadana berpendapatan tetap) hanya memberikan  yield  (imbal hasil) sebesar 12%, maka Anda akan menjadi lebih untung jika menggunakan investasi Dana Pensiun itu untuk melunasi utang KKB (Kredit Kendaraan Bermotor) yang berbunga 20% dan melupakan  yield  (imbal hasil) Dana Pensiun di dalam reksadana sebesar 12%. Ada selisih bunga sebesar 20%-12% = 8%.
Tetapi, kenyataannya tidak sesederhana itu. Perbedaan besarnya bunga yang diperoleh dari KKB dan bunga dari investasi pada reksadana berpendapatan tetap terutama disebabkan oleh perbedaan tingkat resiko pada kedua instrumen itu.
Sebagai pihak investor yang menabung (berinvestasi) di dalam Dana Pensiun (katakanlah berbentuk TDPP = Tabungan Dana Pensiun Pribadi), jika Anda selalu tergerak untuk menggunakan tabungan Dana Pensiun untuk membayar utang-utang kredit yang lain, Anda akan tidak merasa adanya keharusan untuk melunasi utang tersebut, karena utang tersebut telah diganti dengan pembayaran dari tabungan Dana Pensiun. Sebaliknya, tabungan Dana Pensiun tetap kosong karena dana yang seharusnya Anda investasikan ke situ telah Anda pergunakan untuk melunasihutang yang lain.
Jika kondisi ini berlangsung terus, Anda akan selalu tergoda untuk tetap membelanjakan uang Anda (dan mungkin pada akhirnya berutang lagi), dengan pertimbangan bahwa masih ada dana tabungan dana pensiun yang dapat dipergunakan untuk mengganti biaya belanja Anda.
Anda sebaiknya membiarkan utang yang ada tetap dibayar dari penghasilan bulanan (dan Anda akan berhenti berbelanja ketika jatah uang belanja sudah habis), dan simpanan Dana Pensiun tidak dikorbankan untuk belanja hal-hal di luar perencanaan keuangan semula.
7. Membuang Uang Hanya untuk Penampilan
Kita mungkin sering melihat ada orang yang setiap pagi harus  ngopi  di Starbuck (karena katanya ia tidak cocok dengan rasa kopi merk lain). Atau, ambil contoh lain, ada orang yang supaya menjaga kebugaran tubuhnya harus ke  gym  tertentu di mall (katakanlah di  fitness first ) yang harganya sangat mahal.
Jika Anda memang sanggup untuk membayar kopi  starbuck  setiap hari, atau  nge-gym  setiap akhir pekan di  fitness first , tentu tidak masalah. Setiap orang berhak untuk menikmati hidup sesuai dengan kemampuannya.
Tetapi akan menjadi masalah ketika orang membuang banyak uang hanya supaya dilihat oleh orang lain bahwa ia  ngopi  di starbuck, atau dia nge-gym di  fitness first . Apa lagi jika ia membayar semua gaya hidupnya menggunakan kartu kredit, dan ia ternyata masih mempunyai banyak utang. Utang KPR, utang KKB, utang KK, utang KTA, dan macam-macam utang lainnya.
Memang berutang sudah dianggap biasa oleh sebagian besar masyarakat. Kesalahannya adalah, bukannya melunasi utang-utang terlebih dahulu, tapi lebih mendahulukan gaya hidup ( life-style ) yang diinginkannya. Krisis bisa menerpa sewaktu-waktu, dan utang yang dibiarkan menumpuk di waktu waktu krisis akan menerkam kita tanpa ampun.
8. Menggunakan Kartu Kredit untuk Hidup Sehari-hari
Membayar barang atau jasa yang kita beli dengan menggunakan kartu kredit sudah menjadi kebiasaan di masyarakat. Tetapi, walau pun Anda sanggup untuk membayar bunga kartu kredit (yang sangat mahal) atas barang atau jasa yang Anda beli itu, membayar dengan kartu kredit, dan tidak melunasi semua tagihan pada waktu tagihan itu datang, tentu bukanlah tindakan yang bijaksana.
Bunga kartu keredit yang besar akan membuat harga barang atau jasa yang Anda beli menjadi jauh lebih mahal. Mengandalkan kartu kredit pada waktu keadaan ekonomi keluarga kita sedang tidak baik justru hanya akan memperburuk situasi yang ada.
Dalam jangka pendek, utang kartu kredit mungkin dapat merupakan solusi, tetapi dalam jangka panjang konsekuensi berutang dari kartu kredit sangatlah buruk. Bunga kartu kredit yang sangat tinggi, dan utang kartu kredit yang bertumpuk, dapat berubah menjadi gelombang stres akibat situasi keuangan yang tidak teratasi.
9. Membayar Biaya-Biaya Berlangganan Sekaligus untuk Jangka Panjang
Apakah Anda sungguh-sungguh butuh berlangganan setiap jasa yang ditawarkan bulan demi bulan sepanjang tahun? Banyak konsumen yang mengambil paket berlangganan semesteran dibandingkan paket bulanan, dan paket berlangganan tahunan dibandingkan dengan paket semesteran karena berbagai iming-iming kemudahan dari pihak penjual. Misalnya paket  high speed internet , atau paket  streaming film Netflix , atau paket berlangganan  nge-gym  di mall.
Pikirkan lebih dahulu baik-baik apakah Anda sungguh butuh berlangganan jangka panjang untuk jasa-jasa itu. Berlangganan jangka panjang mungkin lebih murah, tetapi jika Anda hanya menggunakannya sebentar saja, mungkin karena Anda pindah rumah karena sesuatu sebab, mungkin juga karena Anda sudah merasa bosan dengan produk itu, atau mungkin karena ada penawaran lain yang lebih bagus, maka biaya berlangganan jangka panjang dapat menjadi sangat mahal karena tidak terpakai sebagaimana mestinya.
10. Kesalahan dari Penggunaan Ekuitas atas Rumah Tinggal ( Re-financing  KPR)
Mungkin  refinancing  bisa dianggap penyelamat jika Anda memiliki banyak utang. Tetapi  re-financing  rumah tinggal Anda menggunakan KPR (Kredit Perumahan Rakyat) dengan tujuan untuk pelunasan utang-utang yang lain, dan bukan karena tujuan pemilikan rumah itu sendiri, dapat merupakan kesalahan karena  re-financing  rumah yang telah lunas berarti Anda melepaskan hak kepemilikan rumah ( ownership ) kepada pihak lain (Bank).
 Re-financing  hanya dapat diterima jika Anda menggunakannya untuk mengurangi jumlah beban bunga yang sudah terlalu tinggi dari Kartu Kredit (KK) dan Kredit Tanpa Agunan (KTA). Karena nilai rumah tinggal Anda (umumnya) jauh lebih besar dari pada nilai utang KPR atau KTA, maka  re-financing  seringkali berakhir dengan kerugian di pihak debitur.
Pada kondisi terburuk, di mana Anda tidak sanggup lagi membayar angsuran  re-financing  itu, maka rumah tinggal Anda akan disita kreditur. Solusi yang lebih baik untuk itu barangkali adalah melunasi utang-utang yang ada dengan menjual rumah Anda, dan memulai kembali segalanya dari nol ketika Anda telah lebih siap.
Di samping itu, untuk  re-financing  Anda harus mempertimbangkan juga biaya-biaya Akta Notaris dan biaya penaksiran nilai jaminan ( appraisal ) karena kredit dengan jaminan harta tetap (rumah tinggal) berbeda dengan KK atau KTA.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS